Mari Lestarikan Budaya. Berbangga menjadi warga Negara Indonesia yang kekayaan Budayanya Tidak ternilai dengan apa-pun.

Rabu, 27 Januari 2010

Asal Mula Sakura

Luar biasa. Even pesta topeng sakura di Lampung Barat yang tidak jelas lagi sejak kapan awal pertamanya, ternyata hingga kini masih berlangsung. Seingat mereka yang tua tua pesta sakura sudah ada ketika mereka masih kanak kanak. Telah terbilang abadkah usia pesta ini. Lalu apa pula maknanya. Adakah relevansi dengan kehidupan sekarang. Tergantung dari sudut mana kita melihatnya.


Produk lokal


Belum diketemukan narasumber yang dapat bercerita tentang awal mula pertama pesta topeng sakura ini dimulai, siapa penyelenggaranya, siapa pelaku, siapa pula yang terlibat. Kita hanya dapat menduga, karena tidak ada sumber yang benar benar bisa dipertanggung jawabkan. Banyak peneliti menjadi penasaran dan merasa tertantang. Jangan jangan even ini telah dimulai abad yang silam. Dan karena waktunya bersamaan dengan perayaan Idul Fitri maka banyak pihak menduga acara ini tak terlepas dari upaya penyebaran Islam di daerah setempat.

Namun Islam masuk ke daerah ini melalui Sumatera Barat dan Palembang dan kita belum mengenal adanya topeng dari daerah tersebut, yang dijadikan alat dakwah. Kalaupun seandainya Islam masuk melalui Banten, di Bantenpun kita tidak mengenal seni topeng seperti yang di Lampung Barat. Itulah sebabnya maka banyak pihak yang menduga bahwa seni topeng ini muncul dari kepercayaan local yang animistic, dan berarti bahwa topeng sakura asli kekayaan milik Lampung.

Utusan Penguasa

Lampung Barat, tidak mengenal ada kerajaan besar. Tetapi berdasarkan teori yang ada, setiap suatu komunitas setradisional apapun, tetap saja akan ada pihak pihak yang memiliki pengaruh besar, yang mampu melaksanakan kepemimpinan terhadap komunitas tersebut. Topeng Sakura yang dahulu konon katanya muncul secara tiba tiba, bagaikan keluar dari perut bumi. Demikian juga ketika pergi bagaikan ditelan bumi. Para petopeng itu dahulu diyakini sebagai utusan penguasa.

Para pesakura yang tidak dikenal itu seperti orang yang sedang memata-matai, semacam telik sandi pada masa kerajaan, atau intel di zaman modern ini. Para pesakura ini dahulu setelah basa basi menanyaka kabar, keluarga, pekerjaan dan situasi kampung lainnya. Mereka sering menyampaikan petuah petuah. Petuah petuah yang disampaikan sama dengan apa yang diterima masyarakat dari para pemimpin dan juga tokoh agama. Itulah sebabnya masyarakat sejak dahulu selalu saja memberikan respon positif atas kehadiran dan petunjuk pesakura ini. Karena mereka yakin pesakura ini adalah utusan resmi para penguasa.

Para pesakura ini dahulu diyakini sebagai orang orang sakti yang mampu merombak wajah dan fisik mereka hingga tak dikenali lagi masyarakat. Motif pesakura, ada seperti orang tua jompo, ada seperti manusia yang terkena kutukan sehingga wajah dan fisiknya menyerupai binatang, dan lain lain. Apapaun motifnya masyarakat tetap menghormati mereka.


Sakura Kamak-Kecah.
Secara fisik, sakura dapat dibagi dua kelompok. Yaitu sakura kamak dan sakura kecah. Sakura kamak tampil secara kasar, ucapannya dahulu berbau ancaman atas pelanggar aturan. Sedang sakura kecah tampil secara simpati dan ucapan acapannya berbau ajakan dan himabauan untuk mematuhi peraturan.

Dahulu konon kabarnya tidak jarang sakura kamak meringkus para penjahat yang dikenal masyarakat tak tersentuh aturan. Sosok sakura kamak ini benar benar menjadi momok yang menakutkan bagi mereka sering melakukan tindak kejahatan. Yang selama ini tidak ada pihak pihak yang berani menindaknya.

Masyarakat sering menanyaka sesuatu yang belum mereka pahami kepada sakura kecah para pesakura kecah ini memposisikan diri sebagai penerang bagi masyarakat. Nampaknya dahulu pesakura ini selain oknum aparat keamanan juga terdiri dari cerdik cendekia.

Pakem Sakura


Peserta Topeng sakura, pada masa kini, terdiri dari orang orang biasa, masyarakat jelata, tidak membawa missi tertentu, hanya hiburan belaka, dan tak terikat pakem tertentu. Itulah sebabnya pelaksanaan sakura semakin tahun semakin tak diminati, semakin tak bermakna. Dibutuhkan adanya pihak pihak tertentu yang mampu memberikan polesan agar sakura kembali memiliki pakem yang relepan degan pembangunan daerah wilayah setempat.

Sumber http://fachruddin54.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar