Mari Lestarikan Budaya. Berbangga menjadi warga Negara Indonesia yang kekayaan Budayanya Tidak ternilai dengan apa-pun.

Minggu, 14 Februari 2010

Tantangan Budidaya Damar

Dari tribunlampung.co.id dipostkan pada Minggu, 22 November 2009 | 01:03 WIB

Harga damar mata kucing di Kabupaten Lampung Barat masih bertahan rendah, yakni berkisar Rp6.000- Rp6.500/kg, sementara pasokan komoditas itu tetap lancar.

Beberapa petani yang ditemui di kawasan hutan di lintasan Liwa-Krui Lampung Barat, Sabtu, mengatakan harga damar mata kucing sepanjang 2009 cenderung bertahan rendah sehubungan menurunnya permintaan komoditas itu.

"Saya membeli damar dari petani Rp6.000/kg dan menjualnya ke pengumpul Rp6.500/kg. Harga komoditas ini sudah lama bertahan rendah," kata salah satu petani di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung Barat, Zul.

Zul mengaku bisa mengirimkan 500 kg damar mata kucing ke agen (pedagang pengumpul) di Jakarta dalam sekali pengiriman. Sebelumnya, petani damar di Desa Gunung Kemala Kecamatan Karya Penggawa Lambar, Solihin, juga mengatakan harga damar di daerah itu masih rendah.

Harga damar kualitas asalan mencapai Rp.6.500, kualitas AC Rp8.500/kg, kualitas AB Rp10.500/kg dan kualitas ekspor ABC Rp13.000/kg.

Kabupaten Lampung Barat merupakan penghasil utama damar mata kucing di Lampung, termasuk di Indonesia. Produksi damar Kabupaten Lampung Barat tahun 2004 mencapai 6.503 ton, tahun 2005 sebanyak 3.992 ton, tahun 2006 sebanyak 6.518 ton, tahun 2007 mencapai 6.250 ton, tahun 2008 sekitar 5.850 ton dan Januari sampai Mei 2009 telah mencapai 2.469 ton.

Harga damar yang bertahan rendah itu dikhawatirkan bisa mengancam keberadaan pohon damar, seperti pohon damar dipotong dan menjualnya ke pengusaha kayu. Tahun-tahun sebelumnya harga damar sempat mencapai Rp13.000- Rp14.000/kg.

Sehubungan damar bisa dikembangkan sebagai komoditas unggulan hasil hutan bukan kayu, maka berbagai kalangan mengharapkan pemerintah daerah setempat mencari jalan keluar untuk menyelamatkan keberlangsungan tanaman damar di Lampung Barat.

Selain itu, petani damar diharapkan membentuk wadah untuk menstabilkan harga komoditas unggulan Lampung Barat itu.(ant)

Lampung Barat (KRUI) Penghasil Damar Terbesar di Dunia


Kabupaten Lampung Barat (Lambar) menyimpan potensi besar getah Damar Mata Kucing (Shorea Javanica). Total pendapatan per tahunnya antara Rp 38- 39 miliar. Hal ini terungkap dalam Pertemuan Multipihak Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Damar Mata Kucing di Hotel Marcopolo, Selasa (9/6).

Kepala Dinas Kehutanan dan Sumber Daya Alam Lampung Barat, Warsito mengungkapkan, produksi damar mata kucing di Lambar dari Januari - Mei 2009 telah mencapai 2.469 ton. "Jika harga rata-rata Rp 6 juta per ton maka nilai ekonomis pendapatannya setara Rp 14,814 miliar. Harga getah damar mata kucing saat ini sekitar Rp 6.000/kg," kata dia.

Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter dalam Kajian Ekonomi Regional Provinsi Lampung mencatat ekspor lak, getah dan damar Provinsi Lampung sampai Februari 2009 sebesar 181,922 US dolar. Share market-nya sekitar 0,11%.

Kepala Dinas Kehutanan dan Sumber Daya Alam Provinsi Lampung, Arinal Djunaidi mengatakan, getah damar bisa menjadi komoditas unggulan Lampung dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Bahkan, getah Damar Mata Kucing bisa jadi ikon Lampung.


"Getah Damar Mata Kucing di Krui sangat potensial untuk dikembangkan. Budidaya damar punya dua manfaat sekaligus yaitu pelestarian hutan dan ekonomi," ujarnya. Potensi damar yang cukup besar, membuat Lampung Barat menjadi penghasil damar terbesar di dunia. (*)


Sumber http://www.tribunlampung.co.id

Damar dan Cara Masyarakat Krui Melestarikan Lingkungan Hidup

Bagi masyarakat krui, mengumpulkan getah damar tidak hanya pekerjaan laki-laki tetapi juga untuk perempuan. Damar Pinus (Shorea javanica) telah diolah di Krui sejak ratusan tahun yang lalu. Kawasan alami pohon damar telah dikenal di luar negeri sudah sejak lama. Para penguasa Belanda pada masa penjajahan menggunakannya sebagai bahan baku untuk memproduksi berbagai produk seperti pernis, cat, tinta, kemenyan dan kosmetik sebagaimana yang dijelaskan Oyos Saroso HN.

Hingga kini, masyarakat Krui terus melindungi warisan mereka, nuansa hijaupanjat damar pepohonan Damar Pinus mengisi bukit dan peternakan di wilayah pesisir. Masyarakat krui dalam mengelola perkebunan repong damar mempunyai hukum adat untuk melindungi Damar Pinus. Pohon Damar Pinus tidak boleh ditebang dan setiap orang yang melanggar hukum tersebut menerima hukuman dalam bentuk penanaman pohon Damar baru, Bahkan setiap orang yang akan menjadi calon pengantin harus menanam pohon sebelum menikah. Beberapa orang Krui bahkan percaya bahwa mereka dapat berbicara dengan Damar pinus. Selama bertahun-tahun, orang tua di Krui mengatakan kepada anak-anak mereka, “jika Anda butuh uang untuk membayar biaya sekolah anak-anak Anda, berbicaralah dengan pohon Damar”.

250px-Repong_damar_010813_kryPengamat budaya Lampung Anshori Djausal mengatakan bahwa adat tidak memiliki makna denotative, Itu jelas merupakan sebuah pesan kepada anak-anak Krui untuk terus menjaga dan melindungi pohon Damar, dan itu telah terbukti berhasil. banyak orang Krui telah sukses dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sejak orang tua mereka membudidayakan Damar Pinus. Pohon-pohon adalah sumber utama pendapatan bagi masyarakat Krui. Setiap minggu, para petani mengumpulkan getah dan ketika mereka telah merasa cukup, mereka menjualnya ke pengumpul.

Ancaman terhadap perkebunan repong damar datang pada saat pembukaan3194070665 perkebunan kelapa sawit yang mengabaikan hukum adat. Pada akhir tahun 1980-an, banyak pohon Damar yang ditebang untuk membuka perkebunan kelapa sawit, dan para penebang liar mencuri kayu Damar Pinus dengan mencampurkannya dengan kayu biasa sehingga polisi tidak menghentikan mereka, karena mereka tidak menyadari para penebang liar telah mencampurnya dengan kayu ilegal Damar pinus. Namun bagaimanapun juga para penduduk desa di desa Pahmungan tetap memegang teguh tradisi mereka dalam melindungi Damar Pinus, puluhan desa lainnya di Lampung Barat juga masih menjunjung tinggi tradisi yang sama.

Husin, seorang penduduk desa Pahmungan berusia 57 tahun, memelihara beberapa pohon Damar di perkebunannya, yang merupakan warisan dari nenek moyang mereka yang telah dimiliki sejak zaman penjajahan Belanda. “Semakin banyak sesorang memiliki repong Damar, maka semakin tinggi pula status sosial yang dimilikinya,” ujar Husin. Menurut data dari administrasi Kabupaten Lampung Barat, saat ini terdapat sekitar 17.500 hektar repong damar di daerah, terutama di daerah pesisir, dengan 1,7 juta pohon. Pohon-pohon yang tumbuh terutama oleh masyarakat desa, menghasilkan sekitar 315 ton getah per tahun, yang sebagian besar diekspor ke Bangladesh, India, Italia, Pakistan dan Arab Saudi. Orang-orang krui tidak hanya mengisi perkebunan Pinus mereka dengan pohon Pinus saja, mereka mengkombinasikan dengan pohon buah-buahan seperti durian, langsat dan lain-lain.

3194071936Kurniadi aktivis lingkungan hidup, yang bekerja sama dengan petani repong damar, mengatakan bahwa secara ekologis, keberadaan petani Damar Pinus tradisional memiliki nilai tinggi. Selain sebagai daerah resapan air, repong damar juga berfungsi sebagai daerah penyangga bagi upaya konservasi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Pada tahun 1997, Pemerintah memberikan penghargaan Kalpataru kepada masyarakat krui, atas komitmen mereka terhadap kelestarian Damar Pinus melalui hukum adat.
Kurniadi mengatakan bahwa bagi masyarakat Krui, repong damar lebih dari sebuah sumber pendapatan. “Ada ikatan yang kuat antara masyarakat Krui dan repong damar, Itu adalah identitas mereka, “katanya. Peneliti dan aktivis lingkungan hidup mengatakan, keberlanjutan repong damar di Krui adalah contoh harmoni antara manusia dan alam.

Melestarikan repong damar tidaklah mudah bagi masyarakat Krui. Beberapa diantara merek telah tergoda untuk menjual perkebunannya untuk mendapatkan uang untuk membeli peralatan rumah tangga yang modern.
Zulfaldi, salah satu eksekutif dari Pemilik Asosiasi Repong Damar, mengatakan bahwa tanpa pengawasan, repong damar mungkin akan lenyap. Datangnya budaya modern, suka atau tidak, telah menggoda anak-anak muda di Krui untuk bekerja di kota-kota besar dan industri dan meninggalkan repong damar,” ujar Zulfaldi. Dia mengatakan bahwa asosiasi ini bekerja sama dengan lembaga penelitian untuk meningkatkan kualitas Damar untuk membantu penambahan harga jualnya. “Kami sedang berusaha untuk menaikkan harga jual Damar dengan sebuah proses yang dapat memperbaiki kualitas getah yang rendah,” katanya.
menjual-getah-damar Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2004 oleh Pusat Riset Kehutanan Internasional menunjukkan bahwa dengan harga jual sekitar Rp 4.000 per kg, petani Damar bisa memperoleh sekitar Rp 10 juta setahun. Jumlah itu tidak termasuk dengan hasil panen pohon-pohon lain yang tumbuh diantara perkebunan Damar tersebut. Panen repong damar dapat memberikan pendapatan yang relatif baik.

Nur Alipin, seorang petani Damar berusia 63 tahun di Pahmungan mengatakan, harga tertinggi terjadi pada tahun 1998, getah Damar bisa mencapai harga Rp 8000 per kilogram. Menurutnya, Idealnya harga berdasarkan pertimbangan biaya produksi, harga minimal harusnya Rp 15.000 per kilogram. Jika kalaa itu satu kilogram getah Damar dapat membeli tiga kilogram beras, namun lain halnya sekarang, harga satu kilogramnya bahkan lebih kecil dari harga beras.

Sumber http://arthaliwa.wordpress.com/

Diambil dari http://lampungbarat.go.id/

Sabtu, 13 Februari 2010

Lampung Nan Eksotis


Jika melihat potensi wisatanya, Provinsi Lampung selain sarat dengan atraksi adat dan budaya, juga memiliki objek wisata spesifik. Tengok saja misalnya, Taman Nasional Way Kambas yang memiliki satwa langka badak bercula satu dan berbagai atraksi gajah.

Juga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dengan harimau, gajah, dan sejumlah satwa langka lainnya.
Belum lagi Anak Gunung Krakatau, yakni anak gunung yang menyembul dari permukaan laut beserta keindahan alam bawah lautnya. Kedahsyatan letusan Gunung Krakatau pada tanggal 26 dan 27 Agustus 1883 yang menghebohkan seantero jagat ini, tentu menjadi daya pikat tersendiri bagi setiap wisatawan untuk mengunjungi taman nasional ini. Betapa tidak, letusan yang selain menyebabkan sekitar 36.000 warga meninggal akibat tsunami hebat yang ditimbulkannya, juga dua pulau, yakni Danan dan Perbuatan tenggelam ke dasar laut.
Material yang dimuntahkannya pun mencapai ketinggian 80 km dengan volume 18.000 km3 sehingga separuh belahan bumi gelap gulita selama 22 jam. Kota Bandar Lampung pun (saat itu masih bernama Teluk Betung) gelap bagaikan malam hari selama tiga hari berturut-turut. Gelombang laut dan getarannya dirasakan hingga pantai barat dan utara Benua Australia, pantai Kepulauan Madagaskar, Afrika, dan Pulau Roadridges, Amerika Serikat (AS).


Yang lebih fantastis lagi, sejak tahun 1927, tumpukan lava dari kawah Gunung Krakatau kembali muncul ke permukaan laut dengan ketinggian satu meter dan terdiri dari dua kawah. Makin lama gunung yang akhirnya diberi nama Anak Krakatau ini makin besar dan bertambah tinggi. Kini, ketinggian kawah pertama sudah mencapai 300 meter dari permukaan laut, sementara aktivitas kawah kedua tidak lagi terlihat mengepulkan asap, dan diperkirakan sudah mati. Menurut prediksi para pakar vulkanologi, tahun 2040 gunung ini akan kembali meletus.
Selain itu, perairan Kepulauan Krakatau memiliki keindahan bawah laut yang tiada tara. Menurut Sekretaris Pengda PORSI Lampung Endang Linirin Widiastuti, di perairan sekitar Gunung Krakatau Besar, persisnya di atas kawah purba, penyelam bisa menikmati bekas patahan yang memiliki lekukan (drop off). “Suasana bawah laut dengan kawah gunung bawah air yang muncul ke permukaan yang seperti ini merupakan satu-satunya di dunia,” ujar Endang kepada SH.

Bahkan, lanjut Endang, pada kedalaman 200 meter, penyelam akan menemui gelembung-gelembung gas metan. Selain itu, lokasi penyelaman ini menjadi istimewa karena memiliki nilai historis yang tinggi sehingga setiap penyelam ingin menikmatinya.
Selain itu yang membedakan lokasi ini dengan tempat lainnya adalah, di dasar laut masih ditemukan lempengan-lempengan bekas letusan Gunung Krakatau. Di dasar laut juga bisa ditemukan hidotermal atau air hangat dan juga keindahan pemandangan bawah laut lainnya.

Pantai Eksotik

Lampung merupakan provinsi kedua dengan pantai terpanjang di Sumatera, setelah Nanggroe Aceh Darussalam. Sebagian besar pantai tersebut, terutama yang menghadap ke lautan Indonesia dan Teluk Lampung, merupakan pantai yang eksotis. Beberapa di antaranya Pantai Tanjungsetia, Pekon (Desa-red) Bumi Agung, Kecamatan Biha, Lampung Barat, sekitar 22 km dari Kota Krui, terdapat lokasi untuk berselancar yang sangat menantang. Pada bulan Mei hingga Agustus, ketinggian ombaknya mencapai tujuh meter.
Masih di Lampung Barat, juga terdapat pantai dengan hamparan pasir putih dan bentangan laut membiru, yakni Pantai Tembakak, Kecamatan Karya Punggawa. Ombak besar tidak henti menyisir pasir-pasir di pantai itu, seolah tidak sabar mengajak pengunjung bermain-main.
Objek wisata spesifik lainnya, yakni hamparan hutan damar yang memanjang mulai pesisir utara hingga pesisir selatan Lampung Barat yang oleh warga setempat disebut repong damar akan mengusik mata kita ketika memasuki wilayah Krui. Apalagi damar di daerah ini berkualitas tinggi dan terbaik di dunia, yakni damar mata kucing.
Untuk melihat repong damar tidaklah terlalu sulit. Selain yang terletak jauh dari permukiman penduduk alias di bukit-bukit, ada juga repong damar yang letaknya di pinggir-pinggir jalan sehingga kita bisa menyaksikan getah damar yang dihasilkan satu batang pohon damar, yang umumnya berusia puluhan hingga ratusan tahun ini.
Bahkan, di Pekon Pahmongan Raya, Kecamatan Pesisir Tengah, Lampung Barat–sentra utama damar–bisa ditemui pohon damar yang konon sudah berusia sekitar dua abad. Hingga kini, pohon damar yang tingginya hampir 50 meter tersebut masih berproduksi meski jumlahnya sudah jauh menurun. Di pekon ini, 80 persen dari 224 keluarga penduduknya hidup dari menyadap getah damar.


Sumbe http://www.potlot-adventure.com/category/lampung/

Sempurnakan Kebebasan di Pantai Ringgung


Keluasan laut selalu menjadi inspirasi pembebasan. Tak heran jika untuk menghilangkan kepenatan, bentangan samudera dengan aroma khasnya akan meluluskan segala keinginan tentang kebebasan dari belenggu rutinitas. Salah satu lokasi di Lampung yang menawarkan spekta kebebasan laut adalah Pantai Ringgung di Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.

Pantai ini sangat cocok bagi warga yang ingin bersantai di pantai yang masih alami, lengkap dengan hutan bakau dan tumbuhan pantai lainnya, di pantai ini pengunjung akan menemukan suasana yang masih asli.

Lokasinya berada sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Bandar Lampung ke arah barat daya menuju Padang Cermin, Pesawaran. Untuk sampai ke pantai yang berada tak jauh dari Jalan Raya Hanura-Padang Cermin itu, tersedia jalan beraspal mulus. Hanya untuk mencapai bibir pantai, dari jalan masih berupa jalan berbatu sepanjang 2 km. Tapi kondisi itu dijamin tidak akan membuat slip mobil karena jalan itu sudah dilapisi batu koral.

Secara umum, tempat wisata pantai ini belum ada pengelolaan secara profesional. Masuk kawasan ini, satu portal dari bambu dipasang dengan penunggu yang berada pada pos jaga sederhana. Dengan membayar Rp 10.000 untuk kendaraan roda empat dan Rp 5.000 untuk sepeda motor, pengunjung sudah bisa menikmati panorama laut yang indah itu.
Demikian pula bibir pantainya masih dibiarkan alami. Hutan bakau yang berada beberapa bagian bibir pantai dibiarkan tetap asri.
Belasan pondok-pondok dari papan dan asbes dengan warna-warna cerah dibangun oleh pengelola. Dari pondok-pondok tersebut, pengunjung bisa bersantai sambil memandang laut yang di tengahnya berdiri beberapa keramba budi daya ikan kerapu. Ombak pantai yang tenang, air yang jenih, dan mangrove berupa hutan bakau yang terjaga mengundang para pembudi daya ikan air laut untuk berusaha di sini. Namun, keberadaan mereka sinergis dengan tujuan wisata.

Pantai Ringgung berupa teluk kecil dengan garis pantai lengkung oval berpagar Bukit Ringgung di sisi barat dan selatan, dan Bukit Lahu di sisi utara.
Sementara itu, Pulau Tegal yang berbentuk gunung seperti menjadi pelindung teluk dari amukan ombak yang tak bersahabat. Ombaknya yang tenang dan airnya yang jernih karena lapisan pasir di dasar lautnya tebal dan halus, membuat perairan Pantai Ringgung menjadi lokasi nyaman untuk berenang, termasuk bagi anak-anak.
Bahkan, bagi mereka yang hobi berenang di laut, bisa berlomba berenang ke Pulau Tegal di depannya yang berjarak sekitar 500 meter. Pulau kecil ini berpenduduk 35 kepala keluarga dan juga memiliki pantai nan indah.

sumber dari http://www.potlot-adventure.com/category/lampung/
dan http://ulun.lampunggech.com

Taman Wisata Alam Bumi Kedaton




Obyek wisata Lampung memang beraneka ragam. Dan keberadaan Taman Wisata Alam Bumi Kedaton, bagian dari keragaman itu. Taman wisata yang dibuka akhir Oktober 2004, berada di bagian barat Kota Bandar Lampung ini, memang menarik dan unik sehingga cocok sebagai tempat untuk rileks bagi keluarga dan wisatawan setelah berkelana di Lampung.

Menariknya lantaran nuansa alam perbuktian, lembah, perkampungan hijau, dan gemercik sungai begitu kental. Memang Taman Wisata ini sejak dulu sampai kini dikenal sebagai daerah pengasil buah-buahan segar seperti durian, manggis, duku, pisang dan palawija. Karena struktur di tanah ini daerah ini memang subur, hijau dan berhawa sejuk.

Uniknya karena beberapa hewan menghiasi taman ini, mirip seperti kebun binatang. Beberapa koleksi satwa seperti gajah Sumatera, buaya, siamang, beruk, kera ekor panjang, ayam hutan, elang, biawak dan berbagai jenis ayam dari Cina, Arab, dan Australia, menjadi penghuni tetap. Dan pengelola Taman berusaha keras untuk selalu menambah koleksi satwa agar tambah menarik.

Selain itu, ada atraksi yang menghibur wisatawan. Misalnya, atraksi Gajah malah wisatawan dapat menunggang gajah dengan tracking khusus, memberi makan gajah bahkan foto bersama hewan bertubuh tambun ini. Atraksi lainnya, Kuda Pencak dan tarian tradsional Lampung yang pentas pada musim liburan.

Pembangunan tempat wisata ini tentunya tak hanya didasari atas lokasi yang berada di pegunungan, namun jarak tempuh yang kurang lebih hanya duapuluh menit dari Kota Lampung tentu merupakan petimbangan lain yang lebih signifikan didirikannya Bumi Kedaton di daerah ini. Tak salah kalau tempat ini menjadi salah satu daya pikat para wisatawan yang berkunjung ke Kota Lampung.

Bumi Kedaton juga dilengkapi lahan perkemahan yang ada di bagian utara di sisi sungai yang mengalir dari lereng Gunung Betung. Juga tersedia fasilitas rekreasi keluarga, rumah khas Lampung bertiang, bungalow dengan panorama lembah dan perbukitan yang cocok untuk rileks, lokasi outbond, jogging track, wisata kano di sungai nan jernih dan bersih.

Dan kini, Taman wisata dilengkapi dengan koleksi tanaman langka yang bertujuan untuk lebih memperkenalkan kekayaan fauna Nusantara, khususnya untuk daerah Sumatera. Fasilitas lainnya dilengkapi jembatan gantung, kolam renang, kolam pemancingan sampai dengan food stall dan ikan bakar semakin menampakkan visi Bumi Kedaton ke depan sebagai one stop shopping antara wisata, bermain dan sekaligus tempat meeting.

Kawasan ini dari dulu sampai sekarang sangat terkenal sebagai penghasil buah-buahan segar seperti durian, manggis, duku, pisang dan palawija. Terletak di ketinggian antara 700 m sampai dengan 900 m di atas permukaan air laut menjadikan daerah ini sebagai tempat yang berhawa sejuk sehingga berbagai jenis tanaman dapat tumbuh disini. Yang paling terkenal dari daerah ini adalah duriannya. Kalau sedang musim durian jangan Tanya, sepanjang jalan dari dan menuju Batu Putuk akan dipenuhi oleh para penjual durian.

Akses menuju Taman Wisata Bumi Kedaton ini tidak sulit, cuma sekitar setengah jam berkendara dari pusat kota Bandar Lampung.

Masih satu jalur perjalanan dari Kota Lampung menuju Bumi Kedaton, Jangan lupa mampir ke jalan Teluk Betung yang terkenal sebagai salah satu sentra pusat oleh-oleh jajan khas Lampung. Yang tak dapat dipisahkan dari Lampung adalah kripik pisangnya, yang sudah terkenal di dimana-mana. Selain kripik pisang masih ada dodol lampung, kripik singkong, sambal udang dan masih banyak lagi jajan khas Lampung yang cocok untuk dijadikan oleh-oleh. Jangan lupa bagi anda yang berkunjung ke Kota Lampung mampirlahke semua tempat menarik yang ada dari wisata pantai, wisata pegunungan sampai dengan wisata kuliner.


Sumber: Majalah Travel Club

Diambil dari http://www.potlot-adventure.com

Taman Nasional Way Kambas

Taman Nasional Way Kambas, terletak di timur Propinsi Lampung dan berjarak sekitar 112 km dari Kota Bandarlampung. Taman nasional way (sungai) kambas ini pertama kali diresmikan oleh Menteri Pertanian tahun 1982. Dengan luas sekitar 130 ribu ha, tempat ini tidak hanya dihuni gajah2 sumatera (Elephas maximus), tp juga merupakan habitat bagi badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan beberapa hewan dilindungi lainnya. Menurut sebuah sumber, objek wisata ini paling baik dikunjungi pada bulan Juli s.d. September.

Perjalanan ke kota bandar lampung dari tempat pendaratan ternyata cukup memakan waktu (sekitar 2 jam). disarankan kamu mengatur waktu jangan sampai melakukan perjalanan di tempat ini saat hari sudah gelap, kecuali berombongan dengan kendaraan2 lain yang turun dari kapal. konon kabar kalau sudah malam memudahkan penjahat menjadikan kamu sebagai korban di jalan yang relatif sepi ini.

Nah, untuk sampai way kambas sendiri membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk sampai disana.kalau kamu kesana itu juga plus tanya2, karena rambu/panduan menuju kesana ga gitu jelas. setibanya di way kambas, ternyata sudah padat didatangi orang. mereka rata2 memang orang lampung yang tengah berlibur. yg datang ga cuma pakai mobil atau motor, beberapa bahkan berombong2 datang pake truk. sekilas kl dilihat tempat ini seperti lapangan rumput yang luas banget. dibeberapa tempat kadang kita nemuin sekawanan gajah yang kakinya dirantai. katanya mereka adalah gajah2 liar yang tengah dididik supaya terlatih. memang sih, kl sudah pernah ke kebun binatang lain mungkin lebih seru kl kt liat gajah di taman safari. tp setidaknya keberadaan taman nasional di sumatera ini telah menjadi tempat tumbuh berkembangnya banyak satwa dan tanaman2 hutan yang kian jarang kita temui di pulau jawa.




Taman Nasional Way Kambas merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera.

Jenis tumbuhan di taman nasional tersebut antara lain api-api (Avicennia marina), pidada (Sonneratia sp.), nipah (Nypa fruticans), gelam (Melaleuca leucadendron), salam (Syzygium polyanthum), rawang (Glochidion borneensis), ketapang (Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus sp.), puspa (Schima wallichii), meranti (Shorea sp.), minyak (Dipterocarpus gracilis), dan ramin (Gonystylus bancanus).

Taman Nasional Way Kambas memiliki 50 jenis mamalia diantaranya badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), anjing hutan (Cuon alpinus sumatrensis), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus); 406 jenis burung diantaranya bebek hutan (Cairina scutulata), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus stormi), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), sempidan biru (Lophura ignita), kuau (Argusianus argus argus), pecuk ular (Anhinga melanogaster); berbagai jenis reptilia, amfibia, ikan, dan insekta.

Gajah-gajah liar yang dilatih di Pusat Latihan Gajah (9 km dari pintu gerbang Plang Ijo) dapat dijadikan sebagai gajah tunggang, atraksi, angkutan kayu dan bajak sawah. Pada pusat latihan gajah tersebut, dapat disaksikan pelatih mendidik dan melatih gajah liar, menyaksikan atraksi gajah main bola, menari, berjabat tangan, hormat, mengalungkan bunga, tarik tambang, berenang dan masih banyak atraksi lainnya.

Pusat latihan gajah ini didirikan pada tahun 1985. Sampai saat ini telah berhasil mendidik dan menjinakan gajah sekitar 290 ekor.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Pusat Latihan Gajah Karangsari. Atraksi gajah.

Way Kambas. Untuk kegiatan berkemah.Way Kanan. Penelitian dan penangkaran badak sumatera dengan fasilitas laboratorium alam dan wisma peneliti.Rawa Kali Biru, Rawa Gajah, dan Kuala Kambas. Menyelusuri sungai Way Kanan, pengamatan satwa (bebek hutan, kuntul, rusa, burung migran), padang rumput dan hutan mangrove.

Atraksi budaya di luar taman nasional:Festival Krakatau pada bulan Juli di Bandar Lampung.
Musim kunjungan terbaik: bulan Juli s/d September setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi :

Lampung-Metro-Way Jepara menggunakan mobil sekitar dua jam (112 km), Branti-Metro-Way Jepara sekitar satu jam 30 menit (100 km), Bakauheni-Panjang-Sribawono-Way Jepara sekitar tiga jam (170 km), Bakauheni-Labuan Meringgai-Way Kambas sekitar dua jam.
Kantor: Jl. Raya Way Jepara
Labuan Ratu Lama, Lampung
Telp. (0725) 44220
Dinyatakan Menteri Pertanian, Tahun 1982
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 14/Menhut- II/1989 dengan luas 130.000 hektar
Ditetapkan Menteri Kehutanan, SK No. 670/Kpts-II/1999
dengan luas 125.621,3 hektar
Letak Kab. Lampung Tengah dan Kab. Lampung
Timur, Provinsi Lampung
Temperatur udara 28° – 37° C
Curah hujan 2.500 – 3.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 – 60 m. dpl
Letak geografis 4°37’ – 5°15’ LS, 106°32’ – 106°52’ BT

Sumber: www.dephut.go.id


Diambil dari http://blog.unila.ac.id/andika/2009/12/25/wisata-lampung/

dan dari http://www.potlot-adventure.com/2009/04/20/taman-nasional-way-kambas/

Fresh And Natural di Lembah Hijau


Menyambut Visit Lampung Year 2009, pariwisata Lampung terus berbenah. Taman Wisata Lembah Hijau yang jadi andalan wisata alam buatan di kota Bandar Lampung, kini semakin ramai dikunjungi wisatawan lokal, nasional, juga wisatawan mancanegara (wisman) mulai melirik lantaran ada taman satwa yang jadi titik perhatiannya.

Taman wisata yang berlokasi di JI. Radin Imba Kesuma Ratu, Kampung Sukajadi, Kel. Sukadanaham, Kec. Tanjung Karang Barat, Bandar lampung, kini menjadi andalan bagi wisatawan yang berkunjung ke Lampung.

Apalagi, Provinsi Lampung secara geografis memiliki posisi strategis, sebagai pintu gerbang masuk dari Pulau Jawa ke Sumatera. Juga, warga Lampung yang butuh tempat rekreasi dan hiburan bernuasa lingkungan.

Fresh and Natural, demikian motto obyek taman wisata ini yang sejalan dengan kondisi lingkungan yang bersih, sehat, nyaman, aman dan alami. Karena itu, menariknya taman wisata ini merupakan perpaduan sebuah Taman Rekreasi pegunungan dan area satwa yang menempati suatu area berbukit, lembah serta sebuah sungai kecil berarus deras yang membelah kawasan wisata ini.

Ditambah berbagai fasilitas penunjang wisata di Lembah Hijau yang sangat lengkap, bervariasi seperti naik kuda, onta, rute jogging, tempat santai keluarga, kano, membuat wisatawan semakin enjoy dan betah menikmati musim liburan. “Keberadaan Lembah Hijau ini menjadi destinasi alternatif di Lampung, khususnya bagi wisata keluarga yang umumnya datang dari luar daerah,” ungkap Kasi Promosi dan Pemasaran Pariwisata Disbudpar Provinsi Lampung, Nurmansyah.

Berbagai fasilitas mulai koleksi satwa-satwa sekaligus penangkarannya, bahkan hutan lindung dan catchment area sehingga kawasan ini berkonsep cagar alam, adat, budaya, dan objek wisata, yang komposisinya 80% areal alami terbuka dan 20% bangunan.

Selain itu, Lembah Hijau hadir dengan konsep wisata terpadu. Dalam satu area ini, wisatawan bisa merasakan beragam fasilitas yang menyenangkan, edukatif, dan refreshing. Di mana, tersedia kolam renang water boom dengan tower spiral setinggi 13 meter, panjang 60 meter, dan kolam torpedo 8 meter.

Water boom ini satu-satunya dilengkapi dengan water splash. Tidak hanya itu, Taman Wisata Lembah Hijau juga dilengkapi dengan outdoor activity untuk outbond, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak, serta restoran dan cottage. Juga dilengkapi taman flora dan fauna. Ini bisa dijadikan sebagai wahana pembelajaran anak dalam menggali jenis jenis satwa dan tumbuhan. Ada juga kebun herbal yang dilengkapi dengan pondok herbal.

Lembah Hijau yang seluas 30 hektar, dan baru 10 hektar yang telah dimanfaatkan akan terus berbenah dengan membangun berbagai fasilitas yang sangat dibutuhkan wisatawan. Dengan tujuan agar wisatawan tidak merasa jenuh berwisata di Lembah Hijau ini. Fasilitas tambahan yang kini sudah ada antara lain, paintball and airsoft gun area, racing games, juga rumah pohon bagi wisatawan yang ingin menginap.


Diambil dari http://www.potlot-adventure.com/

Jumat, 29 Januari 2010

Pesona Topeng Lampung

Ini tentang Sekura :

Meskipun sinar matahari cukup terik hari itu (Minggu 28 Agustus 2005), Lapangan Saburai Bandar Lampung , sangat ramai oleh pengunjung yang antusias untuk menyaksikan Pesta Topeng Seribu Wajah yang pertama kali digelar di Bandar Lampung. Pesta ini adalah salah satu dari serangkaian acara Festival Krakatau XV. Beratus-ratus orang yang berasal dari sepuluh Kabupaten /kota di Propinsi Lampung turut berpartisipasi memeriahkan pesta tersebut. Mereka mengenakan aneka topeng dan atribut serta bergoyang dan menari sesukanya. Topeng yang digunakan menggambarkan berbagai mimik wajah, ada yang sedih, marah, senyum hingga tertawa. Turut dalam parade tersebut dua ekor gajah, kendaraan bendi dan becak yang dihias warna-warni. Aksi mereka membuat decak kagum para penonton baik yang berasal dari Lampung sendiri maupun beberapa turis mancanegara.

Sejak kapan masyarakat Lampung mengenal topeng tidak diketahui secara pasti. Informasi yang didapat sampai saat ini adalah bahwa topeng Lampung adalah salah satu produk seni budaya Lampung yang dapat dilihat pada pesta Sekura (Sekuraan), Drama Tari Tupping, Parade Topeng, dan yang baru-baru ini Pesta Topeng Seribu Wajah.

Ada dua jenis topeng Lampung, yaitu tupping dan sekura. Tupping berkembang di daerah Lampung Selatan seperti : masyarakat Kuripan, Canti, dan Kesugihan , sedangkan sekura terdapat di wilayah Lampung Barat seperti: Belalau, Balik Bukit, Batubrak, Sukau, Kenali, dan Liwa.

Sekura dan Sekuraan:
Pesta Sekura (sekuraan) adalah suatu pesta rakyat yang diadakan setiap awal bulan Syawal oleh masyarakat Lampung Barat dan sekitarnya . Sakura ditampilkan sebagai tarian topeng pada Pesta Sakura yang berlangsung selama satu minggu. Pesta ini merupakan pesta rakyat yang diselenggarakan dalam rangkaian Idul Fitri untuk mengungkapkan rasa syukur, sukacita dan perenungan terhadap sikap dan tingkah laku. . Dilihat dari segi penokohannya topeng dalam sekura terdiri dari , sekura anak, sekura tuha, sekura kesatria, sekura cacat, sakura raksasa, dan sekura binatang. Namun dari enam jenis penokohan tersebut sekura dapat dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama disebut sekura kecah yang artinya sekura bersih. Sekura ini sering disebut juga sekura betik atau sekura helau. Yang kedua disebut sekura kamak yang artinya sekura kotor atau sekura jahat.

Sesuai dengan namanya, sekura kecah mengenakan kostum yang bersih dan rapi. Sekura kecah khusus diperankan oleh menghanai (laki-laki yang belum beristri). Sekura ini berfungsi sebagai pemeriah dan peramai peserta. Mereka berkeliling pekon (dusun) untuk melihat-lihat dan berjumpa dengan gadis pujaan. Selain itu sekura ini juga berfungsi sebagai pengawal sanak saudara yang menyaksikan atraksi topeng. Mereka membawa senjata pusaka-kini simbolis saja , sebagai symbol menjaga gadis atau muli bathin (anak pangeran) yang menyaksikan pesta topeng agar terhindar dari sekura kamak yang jahat. Mereka juga menunjukkan kemewahan dan kekayaan materi yang dapat terlihat dari selendang yang dikenakannya. Secara simbolis banyaknya selendang mengartikan sekura itu adalah meghanai yang baik.


Sekura kamak berarti sekura kotor atau sekura jahat dikarenakan mereka mengenakan pakaian dan topeng kotor. Busana yang dikenakan tidak hanya pakaian sehari-hari yang digunakan dalam menggarap kebun, tetapi dapat juga dari segala jenis tumbuhan yang diikatkan di tubuh. Tingkahnya mengundang tawa penonton. Sekura kamak tidak terbatas meghanai , tetapi bisa juga dibawakan oleh pria yang sudah beristri. Mereka berfungsi sebagai penghibur dalam sekuraan. Kadang mereka mengganggu pengunjung yang menonton sekuraan. Sekuraan ini berkeliling kampung untuk kemudian singgah ke rumah-rumah penduduk. Masyarakat yang dikunjungi wajib menyediakan makanan dan minuman yang diperuntukkan sekura yang datang ke rumahnya. Dalam pesta sekuraan ini, kadang ditampilkan atraksi pencak silat (silek), nyambai ( menyanyikan bait-bait pantun yang diiringi dengan tetabuhan terbangan (rebana) satu. Pantun ini biasanya ditujukan pada muli (gadis).

Drama Tari Tupping adalah suatu pertunjukan tari yang menggambarkan patriotisme keprajuritan dari pasukan tempur dan pengawal rahasia Radin Inten I (1751-1828), Radin Imba II (1828 -1834) dan Radin Inten II (1834 - 1856) di daerah Kalianda Lampung Selatan. Dilihat dari segi penokohannya topeng dalam Drama Tari Tupping terdiri dari : tokoh kesatria, tokoh kesatria kasar, tokoh kesatria sakti, tokoh kesatria putrid, tokoh pelawak, dan tokoh bijak dan sakti. Tari tupping juga dilakukan pada rangkaian pesta perkawinan sebagai symbol keselamatan keseluruhan upacara perkawinan atau pada acara penyambutan tamu besar.

Lain sekura lain juga tupping. Jumlah sekura tidak terbatas, bisa sedikit dan bisa banyakt. Kalau tupping, topeng yang berasal dari Lampung Selatan tepatnya di Canti dan Kuripan jumlahnya dua belas. Tidak bisa lebih dan tidak bisa kurang, dan tidak bisa ditiru. Topeng ini diyakini memilki kekuatan gaib. Tidak semua bisa memakai topeng ini, baik topeng Canti maupun topeng Kuripan. Meskipun sekarang sudah jadi bagian kesenian, berbagai ritual khusus harus dilakukan sebelum mengenakan topeng-topeng ini.


Topeng Kuripan dan Topeng Canti adalah sebutan topeng yang ada di masyarakat Marga Ratu yang tinggal di daerah Kuripan dan Canti. Topeng Kuripan hanya bisa dikenakan oleh keturunan 12 punggawa yang antara lain berada di Desa Tataan, Taman Baru dan Kuripan. Di Canti topeng mereka hanya bisa dikenakan oleh lelaki yang berumur 20 tahun. Karena jumlahnya harus dua belas, topeng ini sekali keluar harus 12. Topeng-topeng ini tidak bisa ditiru. Kalau ada warga yang ingin memakai, mereka bisa minta izin pada Dalom Marga Ratu. Kelalaian dalam mentaati aturan-aturan ini akan mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan pada yang memakainya. Kedua topeng ini, baik Topeng Kuripan dan Topeng Canti diyakini menyimpan beragam muatan seperti histories, simbol budaya, nilai ritual, dan struktur social politik.

Parade Topeng adalah suatu arak-arakan para tupping dan sekura yang menyusuri rute keliling desa dengan aneka atraksi. Pada parade ini para penari tupping melukiskan kewaspadaan untuk menjaga keselamatan kedua mempelai dan rombongannya pada saat menuju tempat perkawinan. Sedangkan para pesekura sambil berparade mereka mendatangi rumah penduduk meminta konsumsi bersukacita menuju arena pesta.
Jadi dapat dikatakan topeng Lampung mempunyai nilai simbolik perwatakan manusia sesuai dengan ajaran moral, dan etika social budaya masyarakat pedesaan waktu itu.

Sumber http://www.indonesiamedia.com

Geliat Seni Topeng (Sakura) Lampung


SEBENARNYA Lampung kaya dengan karya seni dan budaya. Pesta sekura (sekuraan), misalnya yang dilaksanakan masyarakat Lampung Barat sebagai pesta rakyat setiap awal bulan Syawal.

Dalam sekuraan, terdapat sekura. Bedanya, sekuraan meliputi perayaan dengan tahap-tahapannya. Sedangkan sekura itu orang yang berusaha menutupi wajah dan badannya sedemikian rupa agar tidak dikenali dalam tradisi sekuraan.

Beberapa wilayah di Lampung Barat seperti: Belalau, Balik Bukit, Batubrak, Sukau, Kenali, dan Liwa masih menghidupkan tradisi sekuraan ini. Bahkan, di Festival Krakatau juga digelar sekuraan ini dalam acara Apresiasi Topeng Seribu Wajah, juga pada Festival Teluk Stabas (FTS) 2007.

Dalam dua tahun terakhir ini, tidak hanya kontingen Lampung Barat yang mempersembahkan tarian topeng, tapi juga dari Tanggamus dan Bandar Lampung.

Pesta sekura berupa tarian topeng ini berlangsung selama satu pekan. Pesta ini diselenggarakan sebagai ungkapan rasa syukur, sukacita, dan renungan terhadap sikap dan tingkah laku. Biasanya sekura dilaksanakan bertepatan dengan Hari Raya Idulfitri. Pesta ini dilaksanakan bergiliran dari satu kampung ke kampung lain.

Dilihat dari segi penokohannya topeng dalam sekura terdiri dari sekura anak, sekura tuha, sekura kesatria, sekura cacat, sakura raksasa, dan sekura binatang. Namun dari enam jenis penokohan tersebut sekura dapat dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama disebut sekura betik yang artinya sekura bersih. Yang kedua disebut sekura kamak yang artinya sekura kotor.

Sesuai dengan namanya, sekura betik mengenakan kostum yang bersih dan rapi. Sekura betik khusus diperankan menghanai (laki-laki yang belum beristri). Sekura ini berfungsi sebagai pemeriah dan peramai peserta.

Mereka berkeliling pekon (dusun) untuk melihat-lihat dan berjumpa dengan gadis pujaan. Selain itu sekura ini juga berfungsi sebagai pengawal sanak saudara yang menyaksikan atraksi topeng. Mereka membawa senjata pusaka sebagai simbol menjaga gadis atau muli bathin (anak pangeran) yang menyaksikan pesta topeng agar terhindar dari sekura kamak yang jahat.

Mereka juga menunjukkan kemewahan dan kekayaan materi yang dapat terlihat dari selendang yang dikenakannya. Secara simbolis banyaknya selendang mengartikan sekura itu adalah meghanai yang baik.

Versi pertama menyebutkan sekuraan sudah ada sejak zaman Hindu. Topeng-topeng yang dikenakan merupakan penjelmaan orang-orang yang dikutuk dewa karena berbuat tidak terpuji. Perbuatan tidak terpuji yang dimaksud adalah tidak mengakui adanya dewa yang patut disembah. Akibatnya, rupa mereka menjadi buruk.

Versi kedua menyebutkan sekuraan berasal dan bermula pada zaman Islam. Alasannya, pelaksanaan acara ini diadakan untuk memeriahkan dan menyambut Hari Raya Idulfitri dan umat yang merayakan Idulfitri adalah umat Islam.

Islam menyebar di Lampung Barat sekitar abad ke-13. Dengan demikian, timbul anggapan sekuraan diadakan pertama kali sekitar abad ke-13.

Pendatang yang tidak menjadi sekura dalam tradisi sekuraan pada Hari Raya Idulfitri, sekura khususnya kaum wanita dan anak-anak langsung singgah ke rumah kerabatnya yang disebut dengan tumpak'an. Setibanya di sana mereka disambut tuan rumah dengan senyum ramah dan disambut pula dengan jamuan makan kue lebaran.

Pendatang yang ingin menjadi sekura biasanya hanya singgah sebentar sebagai pemberitahuan kepada famili bahwa dia hadir dan datang dalam rangka memeriahkan acara.

Sekelompok sekura terlihat apabila calon peserta berganti kostum dan mengenakan topeng serta berbagai atribut lain. Acara sekuraan ini mulai sekitar pukul 09.00 atau bersamaan dengan berdatangannya penduduk dari berbagai pekon.

Sekelompok sekura pertama kali muncul adalah sekura yang bertindak sebagai inisiator penyelenggara. Kemudian disusul kelompok-kelompok sekura lain. Jarak antarkelompok 4--5 meter.

Pawai keliling kelompok-kelompok sekura inilah yang disebut sekuraan. Para sekura berkeliling mengikuti rute yang ditentukan, mereka berkelompok-kelompok sesuai dengan jenisnya. Sekura kecah bergabung sesama sekura kecah dan sekura kamak bergabung sesama sekura kamak.

Penonton mulai bermunculan (baik yang baru datang maupun yang lama berada di rumah tumpak'an-nya) jika sekura telah pawai keliling. Wanita dan anak-anak duduk-duduk di beranda rumah milik warga menyaksikan sekuraan disertai senda gurau, sedangkan kaum pria turun ke jalan meskipun hanya sekadar menonton, tidak menjadi sekura.

Para sekura awalnya hanya sekadar berkeliling mengikuti rute dan melihat-lihat saja. Mereka beraksi dan berusaha mencari perhatian apabila melihat banyak penonton yang menyaksikan mereka.

Sekura mulai melakukan hal-hal aneh seperti berjingkrak-jingkrak tak tentu arah atau menyanyi melantunkan lagu yang dibuat sekehendak hati si pelantunnya. Ada sekura yang bergerak-gerak seolah-olah menari, tetapi dibuat-buat sehingga memperlihatkan kelucuannya.


Ada juga sekura yang seolah-olah hamil dan mengikuti/mencontoh gerakan ibu hamil, ada pula sekura yang bertingkah layaknya wanita dan dibuat-buat seanggun mungkin dan masih banyak lagi tingkah sekura lainnya. Semua sekura mencuri perhatian penonton dengan tingkahnya. RIN/FM/M-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 15 Februari 2009
Diambil dari http://ulun.lampunggech.com/2009/02/desain-geliat-seni-topeng-lampung.html

Bahan dan Peralatan Tenun Tapis Lampung


Bahan Dasar Tapis Lampung

Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim sulam.

Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama.

Bahan-bahan baku itu antara lain :

Khambak/kapas digunakan untuk membuat benang. Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera. Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang. Akar serai wangi untuk pengawet benang. Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur. Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah. Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam. Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat. Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru. Kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.

Pada saat ini bahan-bahan tersebut diatas sudah jarang digunakan lagi, oleh karena pengganti bahan-bahan diatas tersebut sudah banyak diperdagangkan di pasaran. Peralatan Tenun kain Tapis

Proses pembuatan tenun kain tapis menggunakn peralatan-peralatan sebagai berikut :

Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun. Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian alat-alat : Terikan (alat menggulung benang) Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh) Belida (alat untuk merapatkan benang) Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang) Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan) Guyun (alat untuk mengatur benang) Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun) Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang dimasukkan melintang) Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan) Amben (alat penahan punggung penenun) Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.

Jenis Tapis Lampung Menurut Pemakainnya

Tapis Jung Sarat

Dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, pengantin serta muli cangget (gadis penari) pada upacara adat. Tapis Raja Tunggal

Dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat, pengambilan gelar pangeran dan sutan.

Di daerah Abung Lampung Utara dipakai oleh gadis-gadis dalam menghadiri upacara adat.

Tapis Raja Medal

Dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara adat seperti : mengawinkan anak, pengambilan gelar pangeran dan sutan.

Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini digunakan oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat.

Tapis Laut Andak

Dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada acara adat cangget. Dipakai juga oleh Anak Benulung (isteri adik) sebagai pengiring pada upacara pengambilan gelar sutan serta dipakai juga oleh menantu perempuan pada acara pengambilan gelar sutan.

Tapis Balak

Dipakai oleh kelompok adik perempuan dan kelompok isteri anak seorang yang sedang mengambil gelar pangeran pada upacara pengambilan gelar atau pada upacara mengawinkan anak. Tapis ini dapat juga dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Tapis Silung

Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada upacara adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin.

Tapis Laut Linau

Dipakai oleh kerabat isteri yang tergolong kerabat jauh dalam menghadiri upacara adat. Dipakai juga oleh para gadis pengiring pengantin pada upacara turun mandi pengantin dan mengambil gelar pangeran serta dikenakan pula oleh gadis penari (muli cangget). Tapis Pucuk Rebung

Tapis ini dipakai oleh kelompok ibu-ibu/para isteri untuk menghadiri upacara adat.

Di daerah Menggala tapis ini disebut juga tapis balak, dipakai oleh wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Cucuk Andak

Dipakai oleh kelompok isteri keluarga penyimbang (kepala adat/suku) yang sudah bergelar sutan dalam menghadiri upacara perkawinan, pengambilan gelar adat.

Di daerah Lampung Utara tapis ini dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat.

Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin pada upacara adat perkawinan. Tapis Limar Sekebar

Tapis ini dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat serta dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin dalam upacara adat.

Tapis Cucuk Pinggir

Dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat dan dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin pada upacara perkawinan adat.

Tapis Tuho

Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sutan serta dipakai pula oleh isteri sutan dalam menghadiri upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.

Tapis Agheng/Areng

Dipakai oleh kelompok isteri yang sudah mendapat gelar sutan (suaminya) pada upacara pengarakan naik pepadun/pengambilan gelar dan dipakai pula oleh pengantin sebagai pakaian sehari-hari. Tapis Inuh

Kain tapis ini umumnya dipakai pada saat menghadiri upacara-upacara adat. Tapis ini berasal dari daerah Krui, Lampung Barat.

Tapis Dewosano

Di daerah Menggala dan Kota Bumi, kain tapis ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Kaca

Tapis ini dipakai oleh wanita-wanita dalam menghadiri upacara adat. Bisa juga dipakai oleh wanita pengiring pengantin pada upacara adat. Tapis ini di daerah Pardasuka Lampung Selatan dipakai oleh laki-laki pada saat upacara adat.

Tapis Bintang

Tapis Bintang ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat upacara adat.

Tapis Bidak Cukkil

Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-upacara adat.

Tapis Bintang Perak

Tapis ini dapat dipakai pada upacara-upacara adat dan berasal dari daerah Menggala, Lampung Utara.


Sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Kain_tapis


Jenis Tapis Lampung Menurut Asal pemakainya

Beberapa jenis kain tapis yang umum digunakan masyarakat Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin adalah :

Tapis Lampung dari Pesisir :

  • Tapis Inuh
  • Tapis Cucuk Andak
  • Tapis Semaka
  • Tapis Kuning
  • Tapis Cukkil
  • Tapis Jinggu

Tapis lampung dari Pubian Telu Suku :

  • Tapis Jung Sarat
  • Tapis Balak
  • Tapis Laut Linau
  • Tapis Raja Medal
  • Tapis Pucuk Rebung
  • Tapis Cucuk Handak
  • Tapis Tuho
  • Tapis Sasap
  • Tapis Lawok Silung
  • Tapis Lawok Handak

Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan :

  • Tapis Jung Sarat
  • Tapis Balak
  • Tapis Pucuk Rebung
  • Tapis Halom/Gabo
  • Tapis Kaca
  • Tapis Kuning
  • Tapis Lawok Halom
  • Tapis Tuha
  • Tapis Raja Medal
  • Tapis Lawok Silung

Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak:

  • Tapis Dewosano
  • Tapis Limar Sekebar
  • Tapis Ratu Tulang Bawang
  • Tapis Bintang Perak
  • Tapis Limar Tunggal
  • Tapis Sasab
  • Tapis Kilap Turki
  • Tapis Jung Sarat
  • Tapis Kaco Mato di Lem
  • Tapis Kibang
  • Tapis Cukkil
  • Tapis Cucuk Sutero

Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego :

  • Tapis Rajo Tunggal
  • Tapis Lawet Andak
  • Tapis Lawet Silung
  • Tapis Lawet Linau
  • Tapis Jung Sarat
  • Tapis Raja Medal
  • Tapis Nyelem di Laut Timbul di Gunung
  • Tapis Cucuk Andak
  • Tapis Balak
  • Tapis Pucuk Rebung
  • Tapis Cucuk Semako
  • Tapis Tuho
  • Tapis Cucuk Agheng
  • Tapis Gajah Mekhem
  • Tapis Sasap
  • Tapis Kuning
  • Tapis Kaco
  • Tapis Serdadu Baris

Rabu, 27 Januari 2010

Manuskrip Kitab 'Kuntara Raja Niti', Khazanah yang Hampir Punah

oleh Susilowati*

KHAZANAH kebudayaan Lampung bagaikan mutiara terpendam di kampung halamannya. Setiap menggali, makin tertantang untuk menemukan mutiara terindah yang masih tersembunyi. Mulai dari adat istiadat, kesenian, sejarah, sampai kitab adat yang sangat banyak jumlahnya. Salah satunya adalah kitab Kuntara Raja Niti.

Kitab Kuntara Raja Niti merupakan kitab adat yang menjadi rujukan bagi adat istiadat orang Lampung. Kitab ini digunakan hampir tiap-tiap subsuku Lampung, baik Pepadun maupun Pesisir. Di masing-masing kebuaian (keturunan) dari subsuku tersebut pun mengakui kalau Kuntara Raja Niti adalah kitab rujukan adat Lampung.

Sayangnya, tidak semua punyimbang (pemangku adat) menyimpan manuskrip kitab tersebut. Apalagi masyarakat Lampung kebanyakan. Karena kekayaan peninggalan adat, baik yang berupa benda maupun tulisan biasanya berada di kediaman pemangku adat dari setiap kebuaian. Jika di tempat pemangku adat tidak ada, kecil kemungkinan akan didapat di tempat lain.

Sebagian para punyimbang di daerah Kotaagung mengakui kalau yang dijadikan rujukan adat istiadat mereka adalah kitab Kuntara Raja Niti, tapi mereka tidak memiliki manuskripnya. Konon manuskrip kitab tersebut telah terbakar di daerah muasal mereka, yaitu Liwa. Mereka menerima peraturan adat istiadat secara turun temurun dari pemangku adat dan tua-tua sebelumnya. Mereka menurunkan kepada generasi berikutnya pun secara lisan pula.

Sedangkan untuk daerah Kurungan Nyawa, adat istiadat mereka, baik tata cara kehidupan sehari-hari maupun acara seremonial merujuk pada kitab Kuntara Raja Niti yang sudah mengalami banyak revisi sesuai dengan tuntutan zaman. Revisi ini dilakukan oleh para pemangku adat demi keberlangsungan adat itu sendiri. Sehingga tidak menyusahkan masyarakat adat sebagai para pelaku adat. Kitab Kuntara Raja Niti yang ada di sana sudah berupa draf peraturan adat yang di ketik dan difotokopi yang sudah mengalami perubahan dan penyesuaian melalui musyawarah-musyawarah adat. Sedangkan manuskripnya tidak ada lagi.

Untuk daerah Krui yang mempunyai 16 marga, para punyimbang juga mengakui kalau Kuntara Raja Niti adalah kitab adat yang berlaku di sana. Tapi hingga kini para punyimbang pun tidak tahu keberadaannya. Adat istiadat yang dipakai selama ini ditularkan melalui lisan secara turun-temurun pula. Selain Kuntara Raja Niti, di Pesisir Krui juga adat istiadatnya berdasarkan Kitab Simbur Cahya yang dipakai masyarakat adat Sumatera bagian Selatan. Para punyimbang di Krui juga tidak tahu keberadaan kitab Simbur Cahya.

Lalu, daerah Pubian Telusuku, menggunakan kitab Ketaro Berajo Sako. Kitab tersebut dialihaksarakan sekaligus diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh H.A. Rifai Wahid (almarhum). Semasa hidupnya, penerjemah mengatakan kitab tersebut juga merujuk kepada Kuntara Raja Niti. Sedang manuskrip Kuntara Raja Niti bisa didapat di kediaman Hasan Basri (alm.), yang bergelar Raden Imba atau secara adat disebut Dalom Kusuma Ratu. Ia merupakan keturunan Ratu Darah Putih, asal muasal dari Raden Intan II. Kediamannya di Desa Kuripan, Penengahan, Lampung Selatan. Manuskrip tersebut bernama lengkap kitab Kuntara Raja Niti dan Jugul Muda. Ditulis sekitar abad ke-17--18. Ini bisa dilihat dari jenis tulisan yang digunakan.

Meski menjadi kitab rujukan adat, manuskrip ini sekarang lebih mirip dengan benda kuno yang dikeramatkan. Karena lebih banyak disimpan daripada di buka untuk dikaji. Kitab yang bersampul cokelat lusuh, tersimpan pada sebuah kotak khusus yang tidak sembarang orang bisa membukanya. Kitab itu terdiri dari dua bagian, bagian pertama ditulis dengan aksara Lampung gaya abad 17 (huruf-hurufnya lebih tidur dari aksara Lampung yang digunakan sekarang). Satu bagian lagi ditulis dengan huruf Arab gundul. Sedang bahasa yang digunakan pada seluruh teks adalah bahasa Jawa pertengahan dengan logat Banten. Masing-masing bagian memuat keseluruhan isi dari kitab Kuntara Raja Niti. Jadi, bagian yang satu dialihaksarakan pada bagian yang lain.

Isi manuskrip tersebut sebenarnya bukan hanya masalah tata cara adat secara seremonial, seperti upacara pernikahan, kematian dll. tapi kitab tersebut memuat peraturan-peraturan kemasyarakatan atau yang lebih tepat disebut perundang-undangan. Sebagaimana disebutkan dalam manuskrip tersebut, bahwa kitab Kuntara Raja Niti dan Jugul Muda adalah kitab undang-undang yang berlaku di tiga wilayah, yaitu Majapahit, Padjadjaran, dan Lampung. Sebagai kitab undang-undang atau dasar hukum kemasyarakatan, kitab tersebut ditulis dengan sistematis.

Setiap pembahasan diatur dalam bab-bab. Bab I (pada kitab terjemahan terdapat pada halaman 25), membahas tentang kiyas. Kiyas adalah hal yang mesti pada hukum, yang menyangkut tiga persoalan yaitu 1. Kuntara, 2. Raja Niti, 3. Jugul Muda. Selanjutnya pada kitab tersebut diterangkan, di antara raja-raja yang mempunyai tiga kebijakan itu adalah Prabu Sasmata dari Majapahit, Raja Pakuan Sandikara dari Pajajaran dan Raja Angklangkara dari Lampung.

Bab II memuat sejarah Raja Majapahit dan keagungannya. Dari bab ini bisa simpulkan kitab ini sangat terpengaruh dengan kebesaran Kerajaan Majapahit.

Bab III menyebutkan penjelasan tiga pokok hukum di antara prinsip-prinsip hukum yang ada dalam Kuntara Raja Niti, yaitu igama, dirgama dan karinah. Igama adalah yang dihukumkan, berarti sesuatu yang nyata dan kasatmata, bisa diakui keberadaan dan kebenarannya oleh semua orang. Dirgama itu hati nurani yaitu hukum-hukum yang ada pada kitab Kuntara Raja Niti sesuai dengan hati nurani. Karinah berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan. Dengan ketentuan tiga pokok hukum ini, diterangkan bahwa hukum-hukum yang ada bisa diogolongkan; hukum yang bersifat nyata itu kuntara, hukum yang sesuai dengan hati nurani disebut raja niti, sedangkan hukum yang yang berhubungan dengan sebab akibat suatu perbuatan disebut jugul muda.

Bab IV, V, dan VI membahas seputar kaidah hukum yang ada pada Bab III.
Produk hukum atau bab yang berisi tentang aturan-aturan secara detail termuat dari Bab VIII sampai Bab XVII.
Pada Bab VIII, diterangkan tentang hukum-hukum suami-istri.
Bab IX membahas tentang peraturan jual beli. Pada Bab X menerangkan tentang tanah.
Bab XI membahas tentang utang.
Bab XII tentang gadai dan upah.
Bab XIII berisi tata cara bertamu dan menginap.
Bab XIV berisi tentang larangan mengungkit-ungkit persoalan.
Bab XV membicarakan tentang perjanjian.

Bab XVI tentang talak, sedangkan Bab XVII membahas tentang utang piutang.

Kitab tersebut secara perinci mengatur tata cara kemasyarakatan yang termuat dalam pasal-pasal. Dalam pasal-pasal juga diatur tata cara berperahu dan menggunakan air, bahkan sampai tentang cara seorang laki-laki bertamu ke rumah perempuan ketika suaminya tidak ada di rumah. Tiap-tiap pasal tidak hanya memuat peraturan, juga hukuman yang melanggar peraturan tersebut.

Dari isi Kitab Kuntara Raja Niti dapat disimpulkan bahwa masyarakat Lampung, sebelum adanya undang-undang Belanda, telah memiliki undang-undang yang secara lengkap mengatur kemasyarakat. Dan kitab Kuntara Raja Niti bukan hanya kitab yang mengatur acara seremonial seperti dipahami sebagian orang, melainkan kitab yang mengatur segala segi kehidupan.

Sumber http://ulun.lampunggech.com/2008/10/manuskrip-kitab-kuntara-raja-niti.html

Warisan Budaya: Naskah Kuno Lampung di Luar Negeri

Bandar Lampung, Kompas - Museum Lampung memastikan, sebanyak 400 naskah kuno Lampung tersimpan di museum-museum di luar negeri, sedangkan yang tersimpan di Museum Lampung hanya sekitar 34 buah. Hal itu menyulitkan bagi para peneliti yang hendak melakukan pengkajian tentang budaya atau kehidupan Lampung masa lalu.

Kepala Museum Lampung Pulung Swandaru, Selasa (21/10), mengatakan, dari inventarisasi koleksi dan dari penelusuran mengenai naskah-naskah kuno Lampung di luar negeri, diketahui naskah kuno Lampung tersimpan di 20 perpustakaan milik museum atau lembaga penelitian di luar negeri.

Beberapa negara yang diketahui menyimpan naskah kuno Lampung antara lain Belanda, Denmark, Inggris, dan Jerman. Di Belanda, naskah kuno Lampung tersimpan di lembaga penelitian Koninklijk Instituut Voor de Tropen, Amsterdam, dan di lembaga penelitian Koninklijk Instituut voor Taal di Leiden.

Di Denmark, naskah kuno Lampung diketahui disimpan di Museum Nasional atau Nationalmuseet. Di Inggris, naskah kuno Lampung disimpan di Brynmor Jones Library, University of Hull. Adapun di Jerman, naskah kuno Lampung tersimpan di Museum fur Volkerkunde, Berlin; Museum fur Volkerkunde, Leipzig; Bayerische Staatsbibliothek, Muenchen; dan di Linden Museum, Stuttgart. (HLN)

Sumber http://ulun.lampunggech.com/2008/10/warisan-budaya-naskah-kuno-lampung-di.html

Aksara Lampung

Bentuk tulisan yang masih berlaku di daerah Lampung pada dasarnya berasal dari aksara Pallawa (India Selatan) yang diperkirakan masuk ke Pulau Sumatera semasa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Macam-macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam aksara Arab, dengan menggunakan tanda-tanda fathah di baris atas dan tanda-tanda kasrah di baris bawah, tapi tidak memakai tanda dammah di baris depan, melainkan menggunakan tanda di belakang. Masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri. Aksara Lampung hampir sama bentuknya dengan aksara Rencong (Aceh). Artinya, Had Lappung dipengaruhi dua unsur, yakni; aksara Pallawa dan huruf Arab.

Adapun Aksara Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka, dan tanda baca.

1 . Huruf Induk
Aksara Lampung disebut dengan istilah kaganga, ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan (pada Tabel 1 dibaca dari atas ke bawah). Huruf induk berjumlah 20 buah. Bentuk, nama, dan urutan huruf induk dikemukakan pada Tabel 1 dibawah ini.

Berikut adalah kelabai sughat bahasa lampung :


Untuk lebih lengkapnya lihat disini : http://supriliwa.wordpress.com/aksara-lampung/

Rumah Adat Lampung


Rumah adat pribumi Lampung bernama Sessat. Bentuk bangunan dimaksud berdasarkan keasliannya mempunyai ciri-ciri fisik berbentuk panggung bertiang yang bahan bangunannya sebagian besar terbuat dari kayu. Pada sisi bangunan tertentu ada yang memiliki ornamen yang khas. Umumnya sessat ini berupa rumah besar. Namun dewasa ini, rumah-rumah adat (sessat) di kampung-kampung penduduk asli Lampung sebagian besar dibangun tidak bertiang/depok (berlantai di tanah). Sedangkan fungsinya tetap sama.

Secara umum bentuk bangunan tempat tinggal di lingkungan masyarakat pribumi Kabupaten Lampung boleh di bilang cukup beraneka ragam. Keanekaragaman ini sesuai dengan pola serta seni pertukangan yang ada. Kanyataan itu dapat di lihat dari keragaman bentuk rumah (bahasa daerah: rumah= nuwo) yang didirikan oleh warga setempat sebagai tempat tinggal/berdiam, mengembangkan keturunan/berkeluarga dan sebagainya.

Bervariasinya bentuk serta ukuran rumah merupakan keanekaragaman bangunan yang dimiliki oleh penduduk setempat. Rumah pulalah banyak hal dapat dilakukan. Dari bentuk serta ukuran rumah juga taraf hidup bisa di lihat. Sedangkan ukurannya tidak tentu. Bisa saja tergantung dari luas tanah, kemampuan, kebutuhan dan lain-lain.

Sebagai tempat menetap, rumah sangat penting artinya. Namun nampaknya walaupun demikian, bentuk-bentuknya juga dari waktu ke waktu turut mengikuti perkembangan. Beberapa model bangunan rumah tempo dulu mempunyai karekteristik, yaitu berbentuk panggung bertiang.

Sebagai tempat tinggal, bentuk bangunan rumah masyarakat pribumi Lampung nampaknya memiliki persamaan dengan rumah-rumah di lingkungan penduduk asli lainnya di Provinsi Lampung. Tapi kini, nuwo-nuwo itu banyak sekali mengalami perubahan, mulai dari bentuk bangunan yang banyak berlantai tanah/depok (tak bertiang) hingga ornamen lainnya yang tak lagi bercirikan kultur Lampung. Peradaban telah pula membawa perubahan terhadap seni bangunan rumah dilingkungan pribumi masyarakat Lampung yang semakin majemuk.

Sumber http://kabarlampung.com/news-update/rumah-adat-lampung/

Contoh P4ntun / s4g4t4 / 4di-4di

Pantun/segata/adi-adi adalah salah satu jenis puisi tradisi Lampung yang lazim di kalangan etnik lampung digunakan dalam acara-acara yang sifatnya bersukaria, misalnya pengisi acara muda mudi nyambai, miyah damagh, kedayek.

Contoh pattun/segata:

Bukundang Kalah Sahing

Numpang pai nanom peghing
Titanom banjagh capa
Numpang pai ngulih-ulih
Jama kutti sai dija

Adek kesaka dija
Kuliak nambi dibbi
Adek gelagh ni sapa
Nyin mubangik ngughau ni

Budaghak dipa dinyak
Pullan tuha mak lagi
Bukundang dipa dinyak
Anak tuha mak lagi

Payu uy mulang pai uy
Dang saka ga di huma
Manuk disayang kenuy
Layau kimak tigaga

Nyilok silok di lawok
Lentera di balimbing
Najin ghalang kupenok
Kidang ghisok kubimbing

Kusassat ghelom selom
Asal putungga batu
Kusassat ghelom pedom
Asal putungga niku

Kughatopkon mak ghattop
Kayu dunggak pumatang
Pedom nyak sanga silop
Min pitu minjak miwang

Indani ghaddak minyak
Titanom di cenggighing
Musakik kik injuk nyak
Bukundang kalah sahing

Musaka ya gila wat
Ki temon ni peghhati
Ya gila sangon mawat
Niku masangkon budi

Ali-ali di jaghi kiri
Gelang di culuk kanan
Mahap sunyin di kutti
Ki salah dang sayahan

Terjemahannya:

Pacaran Kalah Saingan

Numpang menanam bambu
Ditanam dekat capa
Numpang bertanya
Kepada kalian di sini

Adik kapan kemari
Kulihat kemarin sore
Nama adik siapa
Agar enak memanggilnya

Berladang dimana aku
Hutan tua tiada lagi
Pacaran dengan siapa aku
Anak tua tiada lagi

Ya uy pulang dulu uy
Jangan lama-lama di ladang
Ayam disayang elang
Kacau kalau tak dicegah

Melihat-lihat di laut
Lentera di balimbing
Walau jarang kulihat
Tapi sering kuucap

Kucari ke dasar gelap
Asal bersua batu
Kucari hingga ke tidur
Asal bersua denganmu

Kurebahkan tak rebah
Kayu di ujung pematang
Sejenak aku tertidur
Tujuh kali terbangun menangis

Layaknya ghaddak minyak*
Ditanam di lereng bukit
Betapa derita kurasakan
Pacaran kalah saingan

Sudah lama sebenanya ada
Kalau memang lebih perhatian
Ya memang tidak
Kau menanam budi

Cincin di jari kiri
Gelang di kaki kanan
Maaf semuanya kepada kalian
Kalau salah jangan mengejek

  • nama pohon untuk pelindung tanaman kopi
Sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Lampung#Sastra_lisan